today's quote

love the one you love in pour.
and you'll be loved

Thursday, January 5, 2012

past and Future 2.3

“Ca! Beneran kamu pacaran sama ko kelvin? Tadi pagi tuh ada apa toh?” ujar Dodo saat bertemu Ica setelah bel istirahat pertama berbunyi. Tentu saja,tidak ketinggalan Adel menanyakan hal yang sama.
          “Uda lha teman teman. Aku tuh gak ada apa apa sama koko itu. Aku juga gak ngerti kok kenapa koko itu bilang gitu tadi pagi. Koko itu sih janji bakal ngejelasin itu sore ini pas kita ketemuan.” Jawab Ica tenang.
          “Hm.. jadi kalian mau ketemuan ya? Caranya? Mama loe kan OP banget. Over protective gtu lho… Eh,tapi lu yakin mau ketemuan sama koko itu? Lu tau kan dia orangnya gimana?” tanya Adel cemas.
          “Uda lha guys. Gak usa khawatir gitu deh. Aku uda bisa jaga diri kok. Lagi pula,aku yakin banget kalo koko itu gak bakal macem macem kok. Siapa sih yang tertarik sama cewek yang berumur 5 tahun lebih muda! Uda lha calm down guys..” tanggap Ica tenang buangetz.
          “Yaudah deh. Tapi jaga diri ya. Dan janji lho. Nanti malam waktu aku telpon kamu,kamu harus ceritain semua lho… Janji?” tegur Dodo.
          “Ok. Janji!”  jawab Ica sambil menaikkan jarinya membentuk simbil Pizzzz…..
          Dan 3 sekawan itu kembali memesan bakso dan makan dengan lahap.
          Seperti kata pepatah. Waktu memang gak pernah diam.
Dan akhirnya,waktu yang dijanjikan itu datang juga deh.
          Motor Kelvin uda parkir didepan rumah Ica sekitar jam 1. Dan hal itu sontak membuat Ica cukup kaget. Ica langsung berlari dan menghampirinya dengan langkah cepat.
          “Ko? Kok cepet banget? Jam 2 kan? Ini kan baru jam 1 aja.” Tanya Ica kaget.
          “Gapapa. Lagi pula kamu juga uda siap kan? Lebih cepat lebih baik. Kan kamu sendiri yang bilang kalo gak mau lama pulang.” Tanggap Vin lembut.
          Memang bener sih. Ica uda rapi plus wangi dengan T-shirt dan jins nya. Ica sebenernya bukan tipe cewek yang suka dandan. Dan untuk urusan penampilan,Ica lebih memilih motto “be your self” aja. Lagi pula untuk kalangan remaja,sebenarnya dandan atau make up itu enggak perlu banget. Makanya,Ica enggak memerlukan waktu lebih dari 10 menit buat bersiap siap.
          Disamping itu,Ica juga adalah orang yang on time banget dalam hal apa pun. Makanya,Ica langsung mandi dan bersiap siap sepulang sekolah tadi sembari menunggu Vin datang.
          “Hm… ko,.. kita pergi naik motor ya?”
          “lha.. Iya dong. Emangnya kamu mau naik bajaj?”  tanya Vin dengan senyum diwajahnya. Nih anak lucu banget. Uda tau yang markir di depan dia ini motor. Bukan kuda lho…! Nanyak pulak!
          “Aku naik bajaj aja ko. Aku gak mau naik motor. Takut.” Jawab Ica polos dengan jari telunjuknya yang memegang mulutnya.
          “Ya aampun. Ca… Ca.. Ini motor gak ada penunggunya.! Takut apaan sih?” tanggap Vin setengah tertawa melihat kepolosan dari Ica. Dan sambil menyodorkan helm kepada Ica.
          “Ta..ta..tapi ko…” protes Ica. Namun,hal itu tidak mampu mengusik Vin.
          “Gak ada tapi tapian.! Naik.!” Perintah Vin dengan nada tegas.
          Ica pun menurut berhubung nih cowok maksa dan merasa tak ada pilihan lain lagi. Ica naik keatas motor milik Vin.
          Baru menempuh jarak kira kira 5 meter,Ica sudah menggenggam pinggang Vin erat erat. Hal itu sontak membuat Vin mengendarai motornya dengan cepat kerena ingin membuat Ica yang tertekam erat di punggungnya itu semakin teruju adrenalinnya. Memang sih,kalo cewek lagi menderita,terkadang si cowok malah ngerasa itu hiburan yang menarik.
          Setelah 15 menit perjalanan,mereka pun tiba disekolah Karya Bakti. Vin pun segera memberhentikan motornya di lahan parkir sekolahnya. Begitu tiba disana,motor Vin pun berhenti sementara Ica masih tak melepaskan genggamannya.
          “Ca… Ica… kita uda sampek. Belum mau turun nih?” tanya Vin sembari menepuk lembut tangan Ica yang masih menempel erat dipunggungnya. Dan karena tak ada jawaban, Vin pun melepaskan tangan Ica sambil berbalik memandangnya. Dan betapa terkejutnya Vin saat dilihatnya Ica menangis hingga air matanya membasahi jaket Vin.
          Dengan sergap Vin langsung turun dari motornya, dan menghapun air mata Ica dengan perasaan bersalah.
          “Ca.. Kamu takut ya? Maafin aku.” Itulah kata yang disebutkan Vin sembari menghapus air mata Ica.
          Butuh waktu 10 menit bagi Vin untuk menenangkan gadis itu.  Dan ajaibnya,hanya dengan waktu segitu pula,Ica dapat kembali ceria dan seakan tidak mengalami kejadian tadi. Vin sangat bangga dan tertarik dengan gadis itu. Ica sangat berbeda dengan gadis gadis lain yang pernah ia temui dan bahkan beberapa sempat menjalin hubungan dengan dia dan menjadi pacarnya. Ica begitu polos dan dari sikapnya selama ini,Ica adalah gadis yang tulus. Buktinya, Ica tetap mau berbicara dan bergaul dengannya walau tahu bahwa ia selama ini CAP dengan identitas playboy.
          Dan akhirnya mereka tiba di lantai paling atas gedung itu. Itu hanyalah sebuah lahan kosong di puncak lantai gedung itu. Disana hanya ada pembatas kita kira 1 meter!
          Setelah berbincang selama kurang lebih 5 menit,Vin langsung mengemukakan maksudnya membawa Ica kesini.
          “Ca.. uda ya main mainnya. Kamu tau gak kenapa aku ngajak kamu kesini?”
          “Eh, kenapa ko?” tanya Ica heran.
          “Tepat di tempat ini, sekitar 5 tahun yang lalu,kakak aku namanya Erica... Dipanggil Ica juga. Pada waktu itu,kakak aku baru kelas 9 waktu itu dan aku kelas 6 SD. Dan wajahnya itu mi.. mirip banget sama kam..mu Ca..” Kata Vin sambil menitihkan air mata. Hal itu membuat Ica semakin bingung. Apa hubungannya kakak kamu sama aku? Mirip nama sama mukak doang kok. Heboh banget sih!
          “Dia bunuh diri disini 5 tahun yang lalu dengan memotong nadi di pergelangan tangannya. Dan…” Vin diam sejenak. Hal itu semakin membuat Ica tertegun. Ternyata, banyak dan dalam juga tekanan yang dialami oleh seorang Kelvin. Mungkin itu yang menyebabkan sikap Kelvin yang sekarang.
          Tak lama kemudian,Vin pun meneruskan perkataannya. Tetap dengan posisi bersandar di pagar pembatas.
          “Dia bunuh diri demi menyumbangkan hatinya buat aku Ca.. Waktu itu..,ak..aku memang terkena kanker hati stadium 3 dan sangat memerlukan donor hati. Dan.. dia meninggal karena aku. Hanya karna aku Ca...” Vin kembali terdiam.
“Sebenernya Ca…. aku bukan anak kandung mama. Ak…Aku Cuma anak adopsi ….. hanya karena kakakku ingin punya adik sementara,,… rahim mamaku terpaksa diangkat setelah melahirkan dia. Dan…. Ca,2 tahun setelah kakak aku meninggal,orang tua aku pun pisah.” Vin berhenti sejenak dan terduduk disamping pagar pembatas itu. Ica hanya mampu memandangnya tanpa mampu berkata apa pun.
“ Sekarang aku tinggal sendiri di rumah orang tua aku dulu. Papa aku tinggal di Amerika dan mama aku di Singapura. Tapi,mereka tetap mengirimkan biaya hidup buat aku. Aku merasa semua ini karena aku. Aku yang menyebabkan kematian kakak dan perceraian mama papa. Aku Ca,.. aku penyebabnya. Padahal,kakak aku itu sayang banget Ca sama aku.. seharusnya aku yang.. aku yang mati Ca. Aku! Bukan kakak aku! Aku yang gak berguna! ” Kata Vin dengan tangisan yang semakin meruak keras. Penyesalan tergambar jelas diwajahnya dan itu membuat Ica lebih mengerti. Namun Ica pun masih tak mampu berkata kata.
Tak lama kemudian setelah beberapa waktu mereka diselimuti dengan kesunyian,Ica pun memberanikan diri untuk berbicara. Ica pun merunduk sehingga wajahnya sejajar dengan Vin. Namun belum sempat Ica berkata kata,Vin menggenggam tangannya dan berkata.
“Ca,jangan tinggalin aku. Selama ini aku sanggup bertahan hanya karena kamu. Ca,aku seakan akan melihat kakak.” Sejenak Vin langsung memeluk Ica dan Ica pun tak mampu menolak. Seluruh tubuhnya membeku. Perasaan apa ini?
15 menit kemudian,Ica dan Vin telah ada di lahan tempat Motor Vin diparkir. Dan seolah mengembalikan waktu,Vin kembali menyodorkan helm kepada Ica. Tapi berbeda dengan tadi siang,kini Ica menolaknya.
“Aku naik angkot aja deh ko.”  Kata Ica polos.
“Ca… ca… takut ya? Uda deh,kali ini aku gak ngebut. Janji.” Bujuk Vin seraya gak tega membiarkan Ica pulang sendiri.
“Iya deh ko. Tapi kalo koko ngebut lagi,aku lompat ditengah jalan lho!”
“Siap bos!” ujar Vin seraya meletakkan tangannya di dahi membentuk gerakan “hormat”.
Dan tepat jam 5 sore,Ica telah sampai di rumahnya. Dengen meninggalkan kesan mendalam tentang Kelvin. Dan mulai saat ini,lembaran baru dalam hidup Ica telah dimulai.

No comments:

Post a Comment